Bibit Alpukat Wina
Jenis alpukat unggul ini menjadi primadona baru asal kota Bandungan, Semarang. Adalah kelompok tani di Dusun Ngasem, Desa Jetis, Bandungan yang mempopulerkannya. Buah ini sangat digemari dan sudah banyak dicari oleh para pecinta tanaman buah. Itu semua lantaran buah alpukat ini memiliki keunggulan yang komplit. Alpukat wina bersosok bongsor. Bobotnya mencapai 0,8—1,3 kg per buah.
Daging buah berwarna kuning mentega yang sangat cerah dan cantik. Tekstur dagung buahnya tebal, pulen, dan tanpa serat. Citarasanya lezat gurih, nikmat, tanpa pahit, cenderung sedikit manis, meski disantap segar. Buah alpukat wina berbentuk lonjong sedikit membulat. Di bagian kulit, mempunyai warna hijau mengkilap dan tampak tebal, sehingga lebih tahan lama saat disimpan. Terbukti saat buah alpukat wina yang dipanen muda, akan matang 15 hari setelah petik. Dengan sifatnya itu, buah ini dapat bertahan dan memiliki umur simpan yang lama saat dikirim ke daerah lain.
Bibit Alpukat Wina mampu tumbuh optimal di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Namun, agar pertumbuhan baik, maka ketinggian ideal untuk penanaman yakni 200-1.000 meter diatas permukaan air laut. Tanaman memiliki keunggulan lain yakni bersifat genjah dan rajin berbuah serta produktivitasnya tinggi. Tinggi pohon mencapai 2,5 m dan diameter batang sekitar 20 cm. Tanaman berbuah sangat produktif. Pertama kali berbuah saat tanaman berumur 4 tahunan dengan produksi rata-rata per pohon baru 30-40 kg. Ketika produksi maksimal, alpukat wina bisa mengasilkan buah sekitar 100 kilogram per pohon.
Masyarakat Bandungan—tempat asal alpukat Wina—bergairah menanam alpukat karena pangsa pasar terbuka. Selain itu merawat alpukat relatif mudah. Saat menanam Bibit Alpukat Wina, cukup berikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar untuk menggemburkan tanah. Pemupukan susulan dengan kotoran itik dan sampah organik setiap bulan. Selanjutnya cukup setiap hari. Beberapa warga sering kali menyiramkan air cucian beras.
Selain perawatannya mudah, warga Bandungan tertarik untuk menanam karena alpukat itu tahan serangan ulat. Menurut dosen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Sobir PhD, kemungkinan alpukat itu mengandung enzim antiprotease. Jika enzim itu masuk ke tubuh hama, ulat tidak bisa mengurai protein yang dibutuhkannya untuk berkembang biak.